Opini  

Once Upon a Time di Tembelok – Kerangan

2 orang Polisi penjaga pos keamanan sebuah gedung harta, tiba-tiba harus disibukkan meredakan keributan 2 kelompok pencuri. Setelah ditenangkan dan dicari tau penyebabnya, ternyata pemicu keributan dua kelompok ini karena berebut jalan untuk mencuri sebuah harta berharga di dalam sebuah gedung.

Kelompok pencuri pertama merasa sudah merencanakan lebih awal, ngotot untuk dapat masuk ke gedung tersebut melalui pintu belakang. Alasannya karena lebih aman. Begitu pun kelompok yang satunya, bersikeras ingin masuk melalui jalan pintu belakang.

Namun setelah mengetahui hal yang menjadi pemicu pertengkaran tersebut, Polisi akhirnya hanya memantau, sambil menunggu kedua kelompok kriminal tersebut berunding, hingga kemudian kedua kelompok pencuri tadi sepakat, masuk dari 2 arah. Kelompok pertama kebagian membobol pintu depan, dan kelompok pencuri lainnya membobol pintu belakang.

Melihat kedua kelompok tersebut sudah mencapai kata sepakat, situasi pun iindusif, Polisi pun kembali ke pos jaga dan melanjutkan tugasnya. Sementara kedua kelompok pencuri tersebut berpesta menggasak harta di dalam gedung, Polisi pun duduk santai, seolah tak terjadi apa pun di dalam gedung harta yang seharusnya mereka jaga dari pencuri.

Itu cerita dari negeri antah berantah.

Di tempat dan waktu yang berbeda, beberapa kelompok cukong bersama para penambang ilegal, berpesta menggasak bijih Timah dari laut Tembelok dan Kranggan. Aksi penambangan ilegal secara terang-terangan tersebut, melibatkan setidaknya 2 kelompok cukong Timah, (sebut saja cukong Liat dan cukong jinak). Walaupun tak tau apa bedanya.

Aksi penambangan ilegal tersebut dilakukan bukan hanya terang-terangan, aksi para penambang ilegal tersebut bahkan melibatkan ratusan orang dengan ratusan armada ponton.

Percaya atau tidak, aksi tambang ilegal tersebut seolah sama sekali tidak diketahui oleh kepolisian yang memiliki kemampuan deteksi terhadap segala potensi pelanggaran hukum, termasuk tambang ilegal.

Kapolres Bangka Barat AKBP Ade Zamrah bahkan pernah mengultimatum, akan menindak tegas siapa pun yang masih membandel. Namun sayangnya, pada saat aksi ratusan ponton tambang ilegal tersebut beraksi pada hari Rabu (4/10/23) hingga Kamis (5/10/23) malam, tak satu pun anggota Kepolisian yang menyadari aksi tambang ilegal tersebut.

Terbukti selama 2 hari para cukong jinak dan liar bak raja minyak berpesta menampung puluhan ton bijih timah ilegal. Belum lagi aliran bijih Timah yang terang-terangan diangkut dengan kendaraan roda empat, menuju tempat-tempat penampungan, benar-benar lancar jaya.

Di akhir pesta, mendadak media ribut dengan menuding para ‘cukong liar’ telah bermain curang. Orkestrasi soal ‘cukong liar’ mendadak ramai seolah pekerjaan cukong jinak adalah kebenaran. Padahal kedua-duanya melakukan aksi ilegal. Namun orkestrasi sekuat tenaga terus membahana agar kepolisian memburu cukong liar, (cukong jinaknya jangan).

Namun anehnya, cukong liar yang dikisahkan ramai-ramai tersebut, tak satupun yang mengetahui identitasnya. Saya menyimpulkan cukong liar lebih sakti dari cukong jinak. Karena benar-benar tak terdeteksi, meski ceritanya begitu cetar membahana. Sementara itu, papan pengumuman pun dipasang, Tembelok tutup Total. Karena Pesta sudah bubar dan tak terkendali. Katanya sih, gara-gara ‘cukong liar’

Dan kembali ke markas kepolisian Polres Bangka Barat, kepulauan Bangka Belitung, tak ada reaksi dan gerakan apapun atas ultimatum yang pernah diumumkan. Sementara para cukong , baik yang jinak maupun yang liar, mulai sibuk menghitung hasil tambang ilegal, yang mereka lakukan saat “Diduga Polisi lengah,” (**)

Penulis : Wiwi Andriani
Wartawan

Anda Dilarang Men-copy Isi

Exit mobile version