Opini  

Negara tak Boleh Kalah dengan Mafia Timah, Sekaligus juga tak Boleh Berteman dengan Mafia

“Negara tak boleh kalah dari Mafia.” Statement cetar membahana dari Penjabat Gubernur Bangka Belitung, Ridwan Djamaluddin ini, tetiba menyeruak hampir diseluruh WAG. Dalam sajian berita yang dimuat beragam portal.

Kalimat ini berasa usang sekali bahkan cenderung basi. Sebagai seorang wartawan, sering saya menemukan kalimat senada, dalam berbagai wacana kebangsaan. Saya sebut saja Presiden Jokowi mengomentari soal insiden KM 50, yang terjadi dengan anggota FPI dan Kepolisian. Bahwa negara tak boleh kalah oleh kekuatan manapun dalam menegakkan hukum.

Sebelum itu, mantan Menkopolhukam Wiranto juga pernah mengatakan bahwa negara tak boleh kalah terhadap penjahat yang ingin mengacau di Indonesia. Termasuk mantan Kapolri, Jenderal Idham Aziz pernah berujar bahwa Negara tak boleh kalah dari Narkoba.

Nah yang ter-update adalah quote dari Pj. Gubernur Babel yang sekaligus Dirjen Minerba RI Ridwan Djamaluddin soal Mafia Timah dan Mafia Tambang. Statemen ini yang kemudian menjadi angle sebagai bentuk niatan Ridwan Djamaluddin terhadap tata kelola pertimahan di Babel.

Tanpa keraguan, saya menyatakan setuju atas pernyataan tersebut. Saya menyatakan sepakat dengan keinginan Ridwan Djamaluddin untuk tegak lurus memenangkan negara ini dari yang disebut dengan Mafia Timah dan Mafia Tambang.

Namun kiranya kalimat tersebut juga dilengkapi dengan kalimat “jangan berteman dengan Mafia Timah dan Mafia Tambang,” Karena jika berteman maka sulit untuk dikalahkan. Karena yang namanya adalah kelompok yang berorganisir dalam kegiatan-kegiatan kriminal.

Soal trik dan intrik tak perlu diragukan, mafia terbiasa menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan musuhnya. Mereka tak perduli aturan hukum. Halal haram akan mereka hantam.

Namun harus diakui bahwa salah satu kehebatan dari mafia adalah kemampuan mereka berkamuflase, itu yang kemudian membuat mereka mampu masuk ke segala lini. Termasuk menyusupi dan kemudian duduk sebagai teman dari perangkat-perangkat negara, ataupun pejabat negara.

Mereka mampu mengutarakan pujian, kalimat kalimat santun, kata-kata mutiara, hingga terlihat dermawan. Namun dibalik itu mereka tetaplah mafia yang setiap saat dapat berbalik menjadi musuh.

Siapa tak kenal mafia sang raja kartel narkoba Pablo Escobar. Sang mafia dengan tangan berlumur darah. Namun di sisi lain, Escobar dikenal sebagai seorang dermawan terhadap lingkungannya khususnya masyarakat miskin. Berapa banyak sekolah, panti asuhan, gereja hingga bantuan dana untuk masyarakat miskin. Hingga sebagian masyarakat Kolombia beranggapan bahwa big boss kartel Medellin ini adalah seorang pahlawan.

Sang mafia bahkan sempat menduduki kursi parlemen di Kolombia, hingga aibnya dibongkar oleh oleh Menteri Kehakiman Kolombia kala itu, Rodrigo Lara. Yang kemudian membuat Pablo Escobar menampakkan wujud kriminal yang ada dalam dirinya.

Saya mengutip sebuah sindiran dari komedian kondang bernama Lies Hartono alias Cak Lontong. Dalam sebuah stand up comedy nya Cak Lontong berucap “Koruptor itu, adalah julukan saat tertangkap. Kalau belum tertangkap, maka dia adalah pejabat,” Lucu, menggelitik namun jelas maknanya.

Bahwa saat ini mungkin banyak, di sekitar kita yang sesungguhnya adalah Mafia namun belum terungkap. Mungkin masih menjadi tokoh, menjadi pejabat, atau menjadi apa saja. Ini lah kesulitannya. Kemampuan mafia dalam menutupi fakta sebenarnya.

Dari sini, melalui tulisan amburadul ini, saya sebagai masyarakat ingin menyampaikan dukungan kepada bapak Pj. Gubernur Ridwan Djamaluddin bahwa kita semua sepakat, bahwa Nagara tidak boleh kalah terhadap Mafia Timah dan Mafia Tambang. Namun juga tak kalah pentingnya, bahwa Negara tak boleh berteman dengan Mafia Timah maupun Mafia Tambang.

Saya juga sepakat, untuk tidak membiarkan bapak berperang sendiri. Tapi juga jangan satu barisan dengan Mafia, yang seolah ikut berperang dengan bapak. Apalagi dalam rangka upaya mereka menutupi kedok mereka yang sejatinya mafia.

Ini hanya sekedar tulisan dari saya, sebagai masyarakat biasa. Dan tanpa mengatasnamakan masyarakat se RT, se-kelurahan apalagi se Bangka Belitung, sekali lagi saya mendukung bapak. Bahwa negara tak boleh kalah dari Mafia Timah dan Mafia Tambang, tapi Negara juga tak boleh berteman dengan Mafia Timah dan Mafia Tambang. Salam untuk bapak Ridwan Djamaluddin “you’ll never walk alone”(*)

Penulis: Wiwi Andriani
Wartawan Babel

Anda Dilarang Men-copy Isi

Exit mobile version