Oleh Rudi Syahwani
Wartawan RNC
Usai menyantap Soto Daging Sapi pedas di Kedai Mak Jannah, menghabiskan segelas teh dan sebatang rokok, Saya pun untuk membayar. Selembar uang Rp 50.000, saya rogoh dari kantong dan menuju meja yang persis berada di sebelah saya.
Di hadapan seorang pemuda yang menghadap laptop, dengan pede saya menyebut sepiring soto dan segelas teh manis panas yang saya pesan. Namun sontak beberapa perempuan di sebelah sang pemuda menoleh sembari senyum-senyum.
“Kami petugas pajak pak, kalau bayar makan di belakang,” tunjuk seorang perempuan manis berjilbab coklat muda, yang diagguk oleh pemuda di hadapan saya. Astaga… Saya baru paham bahwa meja yang di sebelah saya adalah petugas dari UPT Samsat Belitung, yang sedang melakukan program pajak jemput bola.
Setelah membayar pesanan saya di kasir, akhirnya saya balik lagi ke meja petugas UPT Samsat tadi, sekalian menutupi malu karena salah alamat. Saya pun membincangi para petugas tersebut.
Dari sini saya pun paham, ternyata ini adalah program “Setempoh” yang merupakan program dari Badan Keuangan Daerah (Bakeuda) Provinsi Babel, untuk mendekatkan layanan mereka kepada masyarakat. Program ini pun ternyata sudah berjalan satu tahun, dan mampu melakukan penyerapan 1/3 persen dari target pajak kendaraan di Babel.
“Ini program Setempoh pak, kami hadir di kawasan Tugu Satam Tanjung Pandan ini setiap Jumat malam. Mulai buka jam 17.00 WIB sampai tutup hingga pukul 21.00 WIB,” terang Pak Gerbong yang ternyata adalah kepala UPT Samsat Belitung.
Melanjutkan obrolan, saya pun mencabut sebatang rokok lagi. Rasa tersipu saya simpan sendiri. Lantaran kurang wawasan soal program layanan pajak pemerintah. Apalagi ternyata program ini dilakukan secara kontinyu dan simpatik hingga ke kampung-kampung di pelosok Belitung, begitu juga di Bangka.
“Program ini juga melibatkan pihak kepolisian, kalau Tugu Satam ini, sinyalnya kuat, jadi prosesnya paling lama 5 menit, karena ada pihak kepolisian yang langsung memberikan stempel. Intinya melalui program ini kita menciptakan kemudahan. Kalau tak sempat ke kantor Samsat, ya bisa datang ke sini untuk proses pembayaran pajak, tapi hanya Jumat malam. Kalau malam yang lain kita sudah tentukan titiknya seperti Gedung Nasional dan pasar,” jelas pak Gerbong lagi.
Dalam pengamatan saya, program Setempoh ini direspon bagus oleh masyarakat, menurut pak Gerbong, setiap Jumat malam mereka mangkal di depan Kedai Mak Jannah, setidaknya 30 hingga 40 juta Rupiah pajak kendaraan bermotor dapat diserap.
“Sangat efektif program Setempoh ini pak, contohnya malam ini kita sudah melayani sebanyak 39 berkas, dengan serapan pajak kendaraan bermotor sudah mencapai Rp 40 Juta. Bentar lagi kita tutup, karena pukul 21.00 WIB, teman-teman petugas ini harus pulang. Jumat malam pekan depan kita nongkrong lagi di sini,” terang Pak Gerbong.
Setelah tak sadar menghabiskan 3 batang rokok, dan mengunyah kacang rebus yang ditraktir pak Gerbong, saya melirik jarum jam yang sudah pukul 20.50 WIB, proses pelayanan pajak oleh para petugas pun masih berjalan.
Saya teringat besok tanggal 26 Agustus 2023 harus pulang dengan pesawat pagi. Saya pun pamit dengan pak Gerbong yang melanjutkan obrolan nya dengan peminum kopi lainnya di kedai Mak Jannah yang kebetulan salah satu pusat keramaian di Titik Nol Tanjung Pandan tersebut.
Sembari menuju kendaraan, saya tersipu sendiri, soal salah alamat tempat membayar, petugas pajak UPT Samsat yang saya kira kasir Kedai dan… Wawasan saya yang luput soal program layanan pajak kendaraan bermotor Pemerintah Provinsi Bangka Belitung, sementara saya sendiri seorang wartawan. Akhirnya saya tulislah feature ini sambil berbaring sebelum tidur.(**)