BABELTERAKTUAL.COM, BANGKA — Dampak aksi demo yang mengatasnamakan nelayan Desa Riding Panjang Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka beberapa hari lalu berakibat dihentikan tambang laut dikawasan Perairan Laut Teluk Kelabat Dalam Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka. Demo dilakukan oleh puluhan orang mengatasnamakan nelayan di Kantor Gubernur dan Polda Kepulauan Bangka Belitung. Warga yang berdampak langsung terhadap aktifitas penambangan disana mengaku kehilangan mata pencarian mereka karena sudah 3 hari tidak beraktifitas tambang.
“Men ku ni pak orang Kampung Bukit Mang Kadir tiap hari kalu TI jalan kami nyanting paling dapet sekilo duakilo jadilah untuk nyambung idup,” Rosna (51) seorang janda warga Bukit Mang Kadir saat ditemui Jumat (15/12/2023)
Rosna menceritakan bahwa dirinya tidak dapat dana kompensasi karena bukan dari kampung yang terdampak langsung. Namun dirinya bersama ibu ibu dari berbagai kampung setiap hari pergi ke ponton ponton untuk nyanting dengan keikhlasan penambang dengan menyewa kapal. Setiap orang dikenakan biaya Rp 70.000 pulang pergi oleh pemilik kapal.
“Bersyukur pak hasil dapet dikasih penambang dapatlah seratus ribu sehari men stop cem ni kami makan apo pak,” kata Rosna
Hal senada dikatakan Leni warga lainnya yang mengandalkan dari nyanting seraya berharap tambang dikawasan Teluk Kelabat tidak distop. Apalagi itu hanya permintaan segelintir orang yang mengatasnamakan nelayan.
“Men dirusuh stop oleh orang orang tu apo die orang nak ngasih kamek makan,” kata Leni
Dono (36) warga Kampung Mengkubung mengatkan saat ini hanya ada tersisa sekitar 8 orang yang masih bertahan sebagai nelayan. Sisanya menjadi penambang atau berkerja ditambang tambang laut seperti dirinya. Makanya menjadi pertanyaan masyarakat saat demo di Kantor Gubenur dan Polda Kepulauan Bangka Belitung.
“Ntah siape bae yang demo kemaren pak, nelayan kami paling tinggal 8 orang saat ni ku ge dari SMP la ikut nambang,” kata Dono
Leni warga Mengkubung lainnya mengatakan bahwa sang suami memanfaatkan kapal nelayan milik orangtua untuk antar jemput penambang dan ibu ibu yang nyanting timah.
“Laki ku ngantar orang pake kapal orangtua yang dulu nelayan. Ku ikut nyanting jadi kami bergantung nian ke tambang di Teluk Kerabat Dalam ni pak,” kata Leni
Kawasan Perairan Teluk Kerabat Dalam memang menjadi kawasan tambang jenis tambang apung. Sepeti di Perairan Mengkubung, Pulau Dante, Pulau Padi, Batu hitam dan lainnya. Berdasarkan para penambang membentuk kelompok kelompok dalam beraktifitas dikawasan Teluk Kerabat Dalam. Informasi yang didapat bangkapos.com setidaknya ada sekitar 10 kelompok penambang yang jika dijumlahkan terdiri dari ratusan ponton TI Apung.
Saat ini ratusan TI Apung tersebut tidak beroperasi dan terlihat hanya terparkir baik ditengah laut maupun dipinggir pantai setelah dihentikan tim gabungan dari Dit Polairud Polda Kepulauan Bangka Belitung,,Dit Krimsus dan Polres Bangka.
“Kami datang untuk ngecek alat tambang bai pak rawan dicuri,”‘kata Toni salah seeorang pekerja tambang
Dalam 2 bulan terakhir setidaknya para penambang beroperasi dalam 3 sesi. Dari hasil beberapa kelompok penambang menyisihkan kompensasi kepada warga terdampak langsung disejumlah kampung. Mereka yang mendapatkan kompensasi terdiri dari 230 KK di 5 kampung atau dusun di Desa Riding Panjang Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka. Antara lain di Dusun Mengkubung, Dusun Padang Labu, Dusun Pudak, Dusun Jungli dan Dusun Bukit Tulang.
“Jadi ada 3 kali kegiatan yang dilakukan tidak terus menerus karena berbagai masalah jika ditotal sekitar Rp 345 juta untuk kompensasi bagi sekitar 230 KK yang sudah disalurkan ke warga terdampak langsung. Tapi tidak semua kelompok penambang yang menyisihkan kompensasi untuk masyarakat,” kata Agus salah seorang pengkoordinir kompensasi untuk warga yang juga Kadus Tanjung Batu.
Agus juga menceritakan warganya juga mempertanyakan kelanjutan aktifias tambang di Kawasan Teluk Kerabat Dalam. Sebab sebagian warga menggantungkan diri dari aktifitas tambang disana. Baik warga yang mendapatkan kompensasi maupun wargs yang berjualan, warga yang menyewakan kapal, warga yang nyanting dan lainnya.
” Harapan masyarakat ya tetap beraktifitas tambang disana karena berdampak membantu ekonomi masyarakat dari bebagai sisi,” kata Agus.(DM)