Opini  

POLRI HARI INI, DALAM PRESTASI DAN CACI MAKI

Oleh: Rudi Sahwani
Pemimpin Redaksi babelteraktual.com

Babelteraktual.Com, PANGKALPINANG –  Meski 4 bulan telah berlalu sejak hari jadi Bhayangkara ke 76, namun rasanya masih hangat di ingatan bagaimana pidato kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo di Ruang Rapat Utama Mabes Polri, Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Sejumlah prestasi yang menjadi pencapaian institusi Polri, dijabarkan sebagai manifestasi dari slogan Presisi. Slogan yang merupakan akronim dari kata prediktif, responsibilitas dan transparansi berkeadilan. Secara filosofi, makna presisi mengadung cita-cita untuk menciptakan sosok Polisi yang mampu bekerja secara cepat dan tepat serta efektif, berkeadilan, terbuka dan transparan, penuh tanggung jawab serta tetap humanis.

Slogan yang diamplifikasi sejak awal kepemimpinan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo tersebut terasa begitu sejalan dengan pencapaian Polri. Bahkan ketika bangsa ini sedang berusaha bertahan untuk kemudian bangkit setelah terhempas pandemi Covid-19. Saat itu Polri, menjadi salah satu garda terdepan yang ikut berjuang memulihkan Indonesia. Sepanjang 2021 Polri telah menggerakan program vaksinasi dengan begitu masif, hingga ke ujung tombak di tingkat Polsek. Catatan Polri mampu menembus sebanyak 61,24 persen dosis 1 dan 41,46 persen untuk dosis 2. Belum lagi kontribusi Polri mendorong upaya pemerintah menciptakan herd immunity, yang mencapai sebesar 17,73 persen dosis 1 dan 16,79 persen dosis 2.

Polri juga mencatat layanan vaksinasi dengan menggunakan jenis vaksin Sinovac, Astrazeneca, Moderna, Coronavac, Biovac sebanyak lebih dari 30 juta kali kegiatan sepanjang 2021. Belum lagi layanan fasilitas kesehatan, termasuk tak bosan-bosannya terus bergerak menghimbau membangun kesadaran masyarakat agar bersama-sama memutuskan penyebaran Covid-19. Intinya Polri telah memberikan peran besar di luar fungsinya sebagai penegak hukum. 

Mundur sedikit ke belakang, tutup tahun 2021 lalu kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo merilis penurunan angka kejahatan. Menurunnya laporan kejahatan sebesar 19,3 persen atau 53.360 perkara sepanjang tahun 2021 merupakan salah satu catatan gemilang Polri. Belum lagi soal keberhasilan penanganan kasus terorisme hingga pengikatan dalam penangan dan pengungkapan kasus transnasional.

Kita maju ke masa bulan September 2022 hingga hari ini, Sebetulnya beberapa prestasi besar mampu dicatatkan oleh Polri. Namun entah prsetasi tersebut terasa hambar, bahkan menuai cibiran. Tentu kita tau ada penyebab rasa hambar tersebut. Seperti yang diketahui publik tanah air. Tragedi pembunuhan di rumah dinas Kadiv Propam Ferdy Sambo seperti getah Manggis yang menetes di seragam dinas. Berbekas bahkan jika dicuci dan disikat berkali-kali. Noda itu akan tetap ada sebagai sebuah penanda.

Kita semua sepakat itu adalah catatan hitam yang kemudian membuat rasa hambar atas segala pencapaian prestasi Polri hari ini, bahkan yang sebelumnya. Usaha mengembalikan citra Polri hari ini bagai menegakkan benang basah. Seperti apapun prestasi yang dibuat Polri hanya direspon dengan cibiran. Intinya perkara Duren Tiga yang merontokkan banyak bintang, hingga prajurit tersebut bak tsunami yang meluluh lantakkan bangunan prestasi Polri selama ini.

Dari sana, Kapolri seolah langsung tersadar bahwa ada bagian yang kropos dalam tubuh insitusi ini. Untuk kemudian tiba-tiba Polri seolah-olah langsung gas pol membabat seluruh praktek pelanggaran hukum.

Mendadak Polri banyak prestasi. Mulai dari pengungkapan jaringan perjudian, tambang ilegal, BBM ilegal hingga narkoba. Namun tak sedikit juga kemudian prestasi tersebut seolah menepuk air di dulang. Lantaran ternyata ada banyak anggota Polri yang disebut-sebut terseret dalam bisnis ilegal seperti judi online. Publik bahkan tak sungkan menebar informasi terkait kekaisaran Ferdy Sambo yang konon menjadi aktor utama.

Polri di seluruh jajaran, mendadak ‘banjir’ prestasi pengungkapan kasus yang tidak biasa, namun sesungguhnya biasa saja. Seperti praktek perjudian online, faktanya sudah beroperasi selama ini, baik-baik saja. Tak ada pihak kepolisian kemudian memberantas tempat-tempat yang kedoknya permainan ketangkasan tersebut sebagai arena judi online. Sejak Agustus lalu, di seluruh Indonesia mendadak tutup bahkan diusut hingga big boss nya ikut digaruk baru-baru ini.

Hingga yang terakhir, kasus narkoba yang menghantam Irjen. Pol Teddy Minahasa serta beberapa perwira menengah dan pertama. Lagi-lagi Polri menorehkan prestasi luar biasa. Akan tetapi sayang nya harus menepuk muka sendiri karena menambah catatan minor di tengah terpuruknya institusi Polri. Andai saja yang terciduk adalah pihak di luar institusi Polri, mungkin ini dapat menjadi jawaban bahwa Polri tetap fokus pada penegakan hukum. Namun ambiguitas yang diperlihatkan oleh perilaku sekian banyak oknum Polri, akhirnya prestasi tersebut juga mendulang cibiran, bahkan caci maki. Karena prestasi tersebut dipandang sebagai refleksi bobroknya internal Polri sebagai penegak hukum, namun menjadi pelanggar hukum berat. 

Penurunan kepercayaan publik terhadap Polri sebagai aparat penegak hukum akhirnya menjadi perhatian serius Presiden Joko Widodo. Presiden sepertinya paham, bahwa situasi ini harus segera disikapinya, karena dapat berimbas pada stabilitas keamanan, bahkan politik nasional.  

Pesan Presiden Jokowi saat memberikan arahan kepada seluruh pimpinan Polri dari seluruh Indonesia menyiratkan kekhawatiran atas terus tergerusnya kepercayaan masyarakat tanah air terhadap institusi penegak hukum secara umum. Artinya bukan hanya Polri, termasuk penegak hukum lainnya. Tingkah polah oknum-oknum Polri dianggap juga berlaku di institusi lainnya. Hingga akhirnya bermuara kepada penurunan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah secara umum. Jika tak segera disikapi dampak ini menjadi panjang hingga tahun politik tahun 2024 mendatang.

Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo kini berada pada posisi yang sangat menentukan. Tak banyak pilihan yang dapat diambil. Membersihkan institusi Polri salah satu langkah berat yang menjadi pilihan. Namun itu merupakan langkah yang harus diambil. Kapolri harus menjadikan ini sebagai momentum untuk menjadikan slogan presisi sebagai sebuah legacy, berupa institusi Polri yang sudah bersih. Kapolri harus menjadikan momentum yang terjadi hari ini sebagai sebuah ingatan bagi masyarakat Indonesia sebagai sosok yang berani merevolusi Polri. Sulit bagi kapolri untuk menjadi seorang Jenderal Polisi Hoegeng yang melegenda. namun setidaknya Jenderal PolisiListyo Sigit prabowo berkesempatan dikenang sebagai sosok yang mampu merevolusi sekaligus membersihkan institusi Polri.

Konsekuensinya jelas, selalu ada yang harus dikorbankan dalam setiap revolusi. Yang jelas institusi Polri tak layak untuk dikorbankan hanya karena ulah segelintir oknum yang bertingkah nakal. Tugas berat memang bagi Kapolri. Jika diibaratkan, noda di instirusi Polri ini seperti kotoran sudah melekat sedemikian rupa di seragam yang dikenakan. Sehingga harus melepaskan seragam tersebut dari badan, untuk kemudian mencucinya. Secara filosofi selaku penulis saya ingin mengatakan bahwa Kapolri menlepaskan ke-polisian nya untuk membersihkan institusi Polri.

Polri hari ini mungkin dibenci dicaci maki, dicibir dan dihakimi secara opini oleh publik. Namun yang harus menjadi catatan, bahwa meski dibenci Polri tetap dicari. Fakta bahwa Polri tetaplah menjadi salah satu tempat rakyat mengadu, melapor dan mencari keadilan. Namun rasa percaya yang saat ini hancur oleh oknum Polisi nakal harus menjadi Pekerjaan Rumah. Polri harus bisa kembali ke jatidirinya sebagai penegak hukum, pengayom, pemberi rasa aman bagi masyarakat. Sebagaimana yang diikrarkan dalam Tribrata Polri dan Catur Prasetya.(**)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Anda Dilarang Men-copy Isi