BABELTERAKTUAL,COM, BANGKA TENGAH – Buntut pemblokiran rekening Pabrik Kelapa Sawit CV MAL dan PT MHL oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI), membawa petaka bagi para petani sawit dan pekerja pabrik di Bangka Tengah (Bateng), yang mana mereka mengalami kesulitan menjual Tandan Buah Segar (TBS) sawit nya.
Pemblokiran rekening perusahaan ini juga belum diketahui penyebab pastinya, apakah pabrik ini berkaitan dengan kasus dugaan korupsi pengelolaan tata niaga timah atau ada penyebab lainnya.
Mengingat pemilik perusahaan ini adalah Thamron alias Aon sudah ditetapkan menjadi tersangka oleh Jampidsus Kejagung RI, dalam kasus dugaan korupsi tata niaga komoditas timah.
Menanggapi permasalahan ini, tokoh masyarakat Kota Koba, Rusman meminta agar pemerintah, baik itu Pusat, Provinsi dan Kabupaten, serta DPRD Kabupaten Bangka Tengah, bisa mencarikan solusi bagi para petani sawit di Bangka Tengah yang saat ini mengalami kesulitan menjual TBS nya.
“Saat ini masyarakat mengalami kesulitan, khususnya petani sawit, yang mana mereka sulit menjual TBS nya setelah pabrik ini ditutup, untuk itu, kami meminta pemerintah daerah dan DPRD mencarikan solusi yang jelas dari permasalahan ini, sehingga keresahan masyarakat bisa terjawab,” tuturnya, Kamis (16/5/24).
Terkait hal itu, sebelumnya pihak CV MAL dan PT MHL melalui Kuasa Hukumnya Jhohan Adhi Ferdian, menyampaikan permohonan maafnya, atas ketidak nyamanan yang di lrasakan oleh masyarakat, khususnya petani sawit dan para pekerja.
“Tentu saja kami merasakan keresahan yang dirasakan oleh mereka, oleh karena itu, kami pihak perusahaan meminta masyarakat untuk tetap tenang, karena saat ini manajemen sedang berupaya memikirkan opsi-opsi yang tersedia agar 2 pabrik dapat beroperasi kembali,” terangnya.
Dikatakan Jhohan, ia meminta doa dan dukungan masyarakat, sehingga hal ini dapat menjadi pertimbangan penyidik, untuk membuka pemblokiran tersebut, agar perusahaan dapat kembali beroperasi.
“Mohon doa dan dukungan dari masyarakat, agar kita dapat melewati cobaan ini, sejujurnya secara pribadi kami juga sedih melihat video keresahan masyarakat yang berseliweran di medsos seperti Tiktok dan lainnya, bagaimana pun secara pribadi saya juga masyarakat Bangka Tengah, tentu secara batin berhubungan sangat dekat dengan para petani sawit ini,” ujarnya.
“Bisa bayangkan berhari-hari antri di pabrik lain menunggu giliran, sedangkan kita tau yang namanya buah sawit 4 hari saja sudah mulai busuk. Saya juga baca statemen Kepala Dinas pertanian Bangka Selatan, bahwa penjualan TBS Sawit di Bangka Selatan langsung menurun drastis,” ucapnya.
Lebih lanjut dikatakan Jhohan, manajemen saat ini juga sedang berusaha keras memikirkan nasib ratusan karyawan agar tidak terjadi gelombang PHK. Jika hal itu terjadi, tentu akan merugikan banyak pihak.
“Kemarin juga sempat membaca statemen dari Disnaker Bangka Tengah, dan di media ada perwakilan karyawan juga resah atas atas nasib mereka kedepan, ya saya kira itu hal wajar, untuk kita mohon doa yang terbaik sajalah,” imbuhnya.
Sementara itu, salah satu petani sawit asal Koba, Jup (45) mengatakan memang ada gejolak, setelah adanya pemblokiran rekening pabrik.
“Sebenarnya petani tidak kesulitan, cuma karena pabrik tutup terjadi gejolak transisi dan setelah kondisi pabrik sekitar bisa ngatur ritme bongkarnya, ekosistem e sudah kembali normal,” tuturnya.
“Hanya saja yang menjadi masalah dan berbahaya itu PHK besar-besarannya, bayangkan saja ada ratusan tulang punggung terancam tidak bekerja lagi, semoga ada mukjizat, karena saya dengar-dengar tanggal 25 Mei keputusannya dan kebanyakan teman-teman pada pesimis,” imbuhnya. (SA)